Pages

FEATURE

Wednesday, December 26, 2012

Mohammad Trianto dan ormasnya Ratu Adil (Rakyat Tuntut Amanah Keadilan) adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Betapa tidak, sejak organisasi ini berdiri, dia menjadi sosok sentral dalam menjalankan roda organisasi yang berwatak pergerakan itu hingga saat ini. Dalam koridor perjuangannya, dia dan Ratu Adil berkomitmen penuh terhadap pemberdayaan masyarakat menuju terciptanya masyarakat madani sesuai Pancasila dan UUD 1945, sekaligus sebagai kontrol sosial.

AGUS KHUDLORI

Sejak berdiri pada 2004 lalu, Ratu Adil sudah menegaskan diri sebagai organisasi masyarakat yang berjuang dalam koridor Pancasila dan UUD 1945. Hal itu tertuang dalam AD/ART ormas yang secara resmi berakta notaris nomor 15 tahun 2007 tersebut. Tak hanya dalam teori AD/ART, ormas yang digawangi Mohammad Trianto ini tampil di garis terdepan mewujudkan tujuan-tujuannya sesuai Pancasila dan UUD 1945 itu dalam tindakan nyata.

Trianto mengungkapkan, dibentuknya Ratu Adil memiliki beberapa tujuan yang berorientasi sosial kemasayarkatan. “Di antaranya, menampung sumber daya manusia yang berpotensi menjadi pelopor pemecahan setiap permasalahan yang berkembang di masyarakat, mewujudkan layanan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan swasta dengan baik, mensejajarkan kedudukan empat elemen tersebut dalam masyarakat berdasarkan prinsip saling menguntungkan sehingga tercipta tatanan hidup imbang dan dinamis dan lain-lain,” ungkapnya.

Lebih lanjut, sebagau ormas, Ratu Adil juga menegaskan diri dengan dwi fungsi yang menjadi acuannya. Yaitu, sebagai wadah segala sumberdaya manusia (SDA) dalam mengembangkan pilar prilaku, dan prestasi dalam kehidupan beradab dan berkemanusiaan, serta sebagai fungsi pengawasan masyarakat, khususnya terhadap eksekutif, legislatif, yudikatif, dan swasta di Kota/Kabupen Blitar secara khusus, Indonesia secara umum.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, Ratu Adil berjalan seirama dengan organ-organ pembantu yang dibentuknya. Yaitu Komite Rakyat Pemberantas Korupsi (KRPK), untuk mengawal terwujudnya sistem penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur KKN, Front Mahasiswa Revolusioner (FMR) untuk mengembalikan fungsi mahasiswa sebagai agen perubahan dalam arti yang sebenarnya, Serikat Buruh Merdeka (SBM) yang konsen terhadap segala bentuk perjuangan buruh dalam mendapatkan hak-hak dasar mereka, serta Front Perjuangan Petani Matraman (FP2M) yang ada di beberapa kota, untuk perjuangkan hak-hak petani khususnya dalam memperjuangkan tanah untuk rakyat seperti di perkebunan Soso, Gondang Tapen, Sengon, dan lain-lain. “Khusus untuk FP2M, saat ini sudah mulai menggeliat. Intinya pergerakan itu supaya petani matraman mendapatkan tanah garapan secara layak,” jelas alumnus SMAN 1 Blitar yuang juga pernah mengenyam pendidikan di AKABRI Magelang tahun 1992.

Sambil menikmati secangkir kopi susu yang dibuatkan anaknya, Galang, Trianto menjelaskan, segala tujuan dan fungsi Ratu Adil yang dipimpinnya itu tertuang dala manifesto organisasi berwatak pergerakan tersebut. “Yaitu, Indonesia adalah negara yang berlimpah air, bermandikan cahaya sinar matahari, berkecukupan sumber daya alam dan mineral, dan dikarunia tanah subur. Tidak sepantasnya rakyat hidupu dalam kemiskinan dan ketidak adilan,” jelas ayah dari anak Muhammad Galang dan Muhammad Bintang ini.

Karena itu, lanjut dia, misi utama pergerakan Ratu Adil adalah memunculkan figur alternatif yang lahir dari rahim pergerakan rakyat. Maka, dia dan Ratu Adil bertekad mengembalikan seluruh kedaulatan kepada rakyat. Mengingat, selama ini kedaulatan itu hanya berputar pada pejabat, aparat, para pemilik modal, serta kaum yang dekat dengan lingkar kekuasaan saja. “Singkatnya, mekanisme demokrasi harus dikembalikan ke khittah sejatinya. Yaitu langsung berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dalam arti sebenarnya, dengan harapan segala cita-cita luhur Pancasila dan UUD 1945 segera terwujud,” tegas pria yang khas dengan topinya itu. Masih dalam kerangka manifesto ormas yang digawanginya, Trianto menjelaskan, inti pergerakan Ratu Adil diharapkan menjadi bola salju yang bergulir tambah besar, aliran air yang tambah deras, serta menjadi perlawanan akar rumput terhadap sikap mapan yang korup, menghisap, dan menindas rakyat.

Untuk mengimplementasikan tujuan-tujuan tersebut dalam tindakan nyata, Ratu Adil bersama organ-organ pendukungnya mempunyai program kerja jangka pendek, menengah dan panjang. Jangka pendek di antaranya, melakukan strukturalisasi organisasi di tingkat lokal maupun nasional, melakukan langkah pemahaman ke masyarakat atas pentingnya pemerintahan yang bersih, dan lain-lain.

Jangka menengah, di antarnya melakukan respon positif dan bijaksana atas segala permasalahan yang berkembang di masyarkat, melakukan pendampingan masyarakat untuk mewujudkan mayarakat madani, sehat, beradab, dan berkeadilan sosial, dan sebagainya. “Sementara jangka panjang, menjadikan Blitar Raya sebagai barometer kepeloporan dalam pergerakan rakyat, demi terwujudnya pemerintahan yang bersih, demokratis, dan berwatak kerakyatan,” tandasnya.

Sambil membuka lembar demi lembar buku AD/ART organisasinya, Trianto menanggapi tudingan yang dialamatkan padanya dan organisasinya itu. Di antaranya, tudingan bahwa kelompoknya melakukan aksi penurunan bendera pada saat aksi di kantor kejaksaan beberapa lalu, serta tudingan komunis. “Isu menurunkan bendera itu tidak benar, kami tidak pernah menurunkan bendera. Karena kami cinta merah putih. Setelah kami investigasi, yang ada adalah memang ada sebagian mahasiswa yang secara spontan mengibarkan bendera setengah tiang, dan itu tanpa koordinasi dengan aksi,” jelas dia.

Menurutnya, aksi pengibaran bendera setangah tiang itu dilakukan mahasiswa sebagai bentuk keperihatinan atas matinya supremasi hukum menjelang hari anti korupsi. “Tuduhan komunis itu juga sama sekali tidak benar. Saya besar di lingkungan pondok. Kakek saya juga menghibahkan sebagian hartanya untuk Pondok Sendang, ibu saya aktif di Fatayat NU, kakak saya juga mantan aktifis HMI,” ungkap pria yang istrinya juga bekerja sebagai pegawai Pemkab Blitar. Sebagai bentuk kesetian terhadap Merah Putih, lanjut dia, pihaknya juga mensupport berdirinya kampung Merah Putih di bekas perkebunan Soso, Kecamatan Gandusari.

Kepedulian terhadap rakyat juga dituangkan terhadap kaum marjinal (pinggiran), seperti anak jalanan (anjal), pengamen, pengemis, dan lain-lain. Bukan hanya itu, sekretariat Ratu Adil di Jalan Mendut 49 juga dinamakan kampung rakyat, untuk menampung kaum marjinal tersebut. “Kami mengadakan pertemuan dengan anjal dua minggu sekali. Kami ingatkan kepada mereka tentang pentingnya peran generasi muda dalam pembangunan, dengna menyarankan mereka supaya mengikuti paket A, B, C, bahkan kuliah,” pungkas penggemar Bung Karno, Mahatma Gandhi, dan Gusdur ini. (*)



No comments:

Post a Comment