Pages

Essai

Tuesday, March 13, 2007

Menanggapi Dana Renovasi Wisma
Oleh: Agus Khudlori

Pembahasan masalah dana atau uang, selalu saja menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Apalagi jika masalah yang dibahas itu bersangkutan dengan maslahat orang banyak. Menanggapi apa yang diberitakan oleh Informatika edisi 117 lalu tentang renovasi Wisma Nusantara, penulis melihat ada hal yang sebenarnya menarik untuk dibicarakan. Hal ini tidak lebih karena yang sedang diangkat adalah masalah dana (uang).
Penulis mengamati ada beberapa hal yang memang belum disentuh oleh Informatika ketika menyinggung masalah dana yang akhir-akhir ini kian santer dibincangkan, yang rencananya akan dialokasikan untuk renovasi Wisma.
Baiklah, saya akan memulai dengan menyebut satu persatu hal yang sempat disinggung Informatika edisi lalu, diikuti dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan sebagai konsekwensi dari hal-hal tersebut.

Pertama; rencana pelaksanaan. Disebutkan, keinginan untuk renovasi itu telah muncul sejak Agustus tahun lalu, dan ditindak lanjuti dengan pengajuan proposal ke DPR-RI di Jakarta yang akhirnya proposal itu disetujui dengan rencana pengucuran dana. Maka dibentuklah tim yang akan menindak lanjuti sekaligus melaksanakan kerja di lapangan nantinya. Tetapi hingga sekarang rencana tersebut masih belum tersalaksana dengan alasan dana yang dijanjikan belum juga cair.
Kedua; dana yang disetujui. Dari proposal yang diajukan yang semula berjumlah 500 juta Rupiah, ternyata yang disetujui oleh DPR adalah sebesar 2 milyar Rupiah. Jumlah ini tentunya bukanlah jumlah yang sedikit, melihat keadaan ekonomi di Negara kita saat ini.
Ketiga; proses turunnya dana. Yang penulis tangkap dari pemberitaan Informatika lalu adalah, sebenarnya prosedur pencairan dana dari proposal yang diajukan sudah sampai pada tahap akhir. Ini dibuktikan dengan usaha DPR-RI sebagai pihak yang dituju untuk mentransfer dana yang disetujui melalui bank. Walaupun akhirnya dana tersebut belum juga cair hingga sekarang.
Keempat; kesalahan teknis. Dalam hal ini adalah nomer rekening yang dituju untuk pencairan dana tersebut. Disebutkan, dana yang sebenarnya sudah berada pada tahapan akhir proses pencairan itu terpaksa harus ditangguhkan pengirimannya dan dikembalikan, dengan alasan nomer rekening yang diberikan oleh pihak KBRI salah.
Setidaknya empat hal tersebut di ataslah yang dapat penulis tangkap dari pemberitaan informatika kemarin. Keempat hal tersebut di atas, sebagaimana kita ketahui, semuanya berhubungan dengan masalah dana. Maka dari sinilah penulis mencoba menyentuh sisi yang belum disentuh oleh Informatika berkenaan dengan masalah dana tersebut.
Saya akan menyebutkan berbagai kemungkinan-kemungkinan sebagaimana yang sempat saya singgung di atas berdasarkan keempat hal di atas. Penulis berharap tulisan ini tidak dipahami sebagai sebuah upaya untuk menjatuhkan pihak tertentu, atau dipahami sebagai sebuah prasangka buruk. Lebih dari itu, saya berharap tulisan ini dapat menjadi titik mula bagi siapapun kita untuk lebih cermat memahami keadaan.
Pertama; jika disebutkan bahwa keinginan untuk merenovasi bentuk fisik Wisma Nusantara itu telah ada sejak tahun lalu dan hal itu telah disepakati dengan turunnya dana, maka penulis melihat sangat mungkin terjadi adanya unsur kesengajaan dalam hal ini. Apalagi kalau kita perhatikan, proses yang ditempuh telah sampai pada tahap akhir (pengiriman melalui bank). Kalau pun alasan kesalahan teknis yang berupa kesalahan nomer rekening yang dikirimkan itu benar, maka dengan sangat mudahnya pihak yang bersangkutan akan mengirimkan nomer baru yang telah teruji kebenarannya. Atau minimal akan memperbaharui nomer yang dianggap salah tersebut. Dengan begitu, tidak akan ada lagi masalah. Akan tetapi, kemungkinan kesalahan rekening itu menurut hemat saya sangat tipis. Mengapa demikian? KBRI bukanlah Taman Kanak-Kanak, yang di dalamnya anak usia balita dididik untuk belajar menulis dan berhitung. KBRI adalah tempatnya para duta bangsa berdasi yang bekerja dengan tuntutan profesionalisme tinggi. Jika benar terdapat kesalahan nomer rekening yang dikirimkan oleh pihak KBRI sebagai wasilah untuk pencairan dana tersebut, maka yang menjadi pertanyaan adalah, di mana letak profesionalisme kerja KBRI sebagai duta bangsa yang mengayomi warga Negaranya? Bukankah urusan pengiriman nomer rekening adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan?
Kedua; dana yang dijanjikan untuk dialokasikan adalah 2 milyar Rupiah. Sebagaimana yang saya katakan, jumlah ini bukanlah jumlah yang sedikit. Kembali saya sebutkan, unsur kesengajaan sangat mungkin terjadi dalam penundaan (jika tak mau disebut gagal) pengiriman dana itu. Dengan ditundanya dana yang akan dicairkan dengan alasan kesalahan rekening, bukan kah bunga yang dihasilkan dari uang tersebut akan terus berjalan? Jika bunga yang didapat dari uang sebesar 2 milyar tersebut adalah 3 persen perbulannya (rata-rata tiap bank) maka bisa kita hitung hasilnya. Tidak kurang dari 60 juta uang yang dihasilkan dari bunga tersebut. Itu dalam sebulan. Sejauh yang penulis tahu, pengiriman dana melalui rekening yang dianggap salah tersebut sudah dilakukan sejak tanggal 22 Desember lalu. Hingga sekarang sudah terhitung hampir tiga bulan. Jika dihitung-hitung, berapa jumlah bunga yang didapat dari tiga bulan tersebut? Hasilnya adalah sebuah rumah mewah dapat terbeli dari hasil bunga itu.
Ketiga; kemungkinan adanya kong kalikong antara pihak yang ditugasi untuk mengurusi masalah dana tersebut dengan pihak bank. Melihat besarnya jumlah uang yang akan dikirimkan, kemungkinan terjadi pemanfaatan kesempatan sangat terbuka. Bukankah antara pihak bank dan pihak yang ditugasi itu sama-sama manusia? Selagi kesempatan itu ada dan pihak bank merasa mampu untuk melakukannya, mengapa tidak dilakukan? Toh itu adalah bentuk dari simbiosis mutualisme (sama-sama bekerja, sama-sama menguntungkan) antara kedua belah pihak.
Itulah beberapa hal yang menurut hemat saya sangat mungkin terjadi berhubungan dengan tarik ulur turunnya dana yang dijanjikan akan dialokasikan untuk renovasi Wisma Nusantara. Pada kesimpulannya, penulis melihat ketidak pastian kapan dana ini akan benar-benar cair, sangat mungkin terjadi karena unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang terlibat. Bukankah kejahatan itu terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tapi juga karena adanya kesempatan?

1 comment:

  1. dananya udah turun tu...ya tunggu aza ta wajah baru wisma di dua ribu delapan

    ReplyDelete