Pages

TEOLOGI

Tuesday, July 31, 2007


KANAN-KIRI OKE

Perbedaan tidak dapat diartikan sebagai perpecahan. Kalaupun ada perpecahan yang terjadi karena latar belakang perbedaan, itu bukan berarti bahwa perbedaan adalah perpecahan dan konflik itu sendiri atau sebagai akibat dari adanya perbedaan, melainkan hal itu adalah salah satu konsekuensi dari wujud manusia sebagai umat yang “syu’uban wa qabaila”. Perbedaan emosi, latar belakang, sering kali menyulut terjadinya konflik dalam sebuah tatanan kemasyarakatan. Indonesia adalah contoh nyata dari adanya perbedaan itu. Keragaman budaya dan latar belakang kedaerahan yang terbingkai dalam wadah kebhinekaan menjadikan perbedaan begitu mencolok terlihat. Akan tetapi, segala perbedaan yang ada tersebut bukanlah alasan untuk bercerai berai, saling memusuhi, saling anti pati dan saling benci. Kesadaran sebagai bagian dari bangsa dan negara yang satu haruslah menjadi pusaka yang disakralkan demi menjaga utuhnya kesatuan bangsa. Pun jika memang konflik terpaksa terjadi dalam sebuah tatanan kemasyarakatan, bukan lantas tidak bisa dihentikan. Pencarian solusi yang tepat dengan jalan dialog adalah jalan terbaik yang bisa ditempuh.
Berbicara dalam konteks Islam, istilah Kanan dan Kiri menjadi dua Istilah yang sangat populer di kalangan umat Islam Indonesia saat ini. Dua kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi mengandung muatan makna yang sangat mendalam. Kanan dan Kiri dipakai untuk mengistilahkan dua kelompok yang ditengarai saling berseberangan dalam hal ideologi keagaaman. Perbedaan ini akan menjadi hal yang sangat tabu jika dipahami tanpa ada landasan kesadaran tingkat tinggi untuk bersatu padu memajukan agama yang menyeru kepada perdamaian ini (Islam). Perbedaan yang ada haruslah membawa misi “rahmah”, bukan malah memperuncing perpecahan yang akhirnya berujung kepada malapetaka. Adanya perbedaan harus disadari sebagai proses penyempurnaan sebuah hasil, harus disadari bahwa dengan adanya perbedaan suatu kehidupan menjadi lengkap. Kanan dan Kiri akan menjadi amunisi yang ampuh bagi keutuhan Islam manakala disikapi sebagai suatu hal yang wajar dalam rumus perbedaan. Ibarat anggota tubuh, Kanan dan Kiri adalah tangannya, sedangkan Islam sendiri adalah tubuhnya. Apa jadinya jika suatu tubuh kehilangan salah satu tangan? Begitu juga dengan Islam Indonesia. Pastinya baik antara kelompok Kanan dan kelompok Kiri bercita-cita untuk menciptakan kegemilangan Islam, walaupun dengan jalan masing-masing. Keduanya berkerja berdasarkan fungsi masing-masing. Yang kanan identik dengan bergerak, dan yang kiri identik dengan berfikir. Akan tetapi bukan lantas berarti yang bergerak tidak bisa berfikir, dan yang berfikir tidak bisa bergerak, yang akhirnya hanya akan menimbulkan kecemburuan dan berujung kepada suatu permusuhan antara satu dengan yang lain. Islam Kanan dan Islam kiri, walaupun masing-masing mempunyai kecenderungan untuk berbeda pandangan dan pendapat, akan tetapi hendaknya antara keduanya sama-sama mempunyai kesadaran akan tujuan yang sama (an-natijah al-musytarakah). Keduanya mempunyai satu titik temu. Tujuan apalagi kalau bukan untuk menciptakan kegemilangan Islam? Kesadaran akan hal inilah yang seharusnya terus dilestarikan, yang tentunya harus disertai dengan semangat bertoleransi terhadap adanya perbedaan. Jika hal itu yang menjadi ukuran, maka tidak ada salahnya bagi umat Islam Indonesia untuk mengatakan “Kanan-Kiri Oke!!.”

No comments:

Post a Comment